YOU
Cast : Han Ah Reum
Lee Hyukjae
Lee Donghae
Park Jiyeon
Han Jung Woo
“Yeoboseyo” Suara berat sarat dengan kelembutan keluar dari mulut namja yang sedang mengemudikan motor di jalanan yang kemudian memelan perlahan.
Hening. Tidak ada balasan dari sang penelpon, ia hanya membiarkan namja itu mendengar tangisan lirihnya. Tertahan..
“Waeyo?”
Sepertinya ritual percakapan telepon dua mahluk Tuhan ini selalu dimulai dengan kata dan urutan yang sama. Seorang namja menepikan motor sportnya di taman kota, dengusan nafasnya terdengar sarat kekesalan selalu saja ia tak pernah bisa membiarkan yeoja disebrang sana menangis tapi ia hanya diam tak berani mengatakan hal lebih, Ia bisa merasakan manis dan getir perasaan yeoja itu meskipun hanya lewat helaian nafas yang ia bagi dari sambungan telpon.
“Gwenchana, nan gwenchana” Begitulah kata yang selalu terlontar dari mulut si yeoja atas pertanyaan “waeyo”, sedetik kemudian namja itu akan berkata “Bohong” dan setelah itu si yeoja akan menangis. Hal yang tak lain akan membuat si namja merasa kosong tak ada arti.
“Katakan padaku, kau kenapa lagi?” Pertanyaan itu sudah sering terucap, bahkan jawabannya pun sudah terpikirkan sebelumnya, Iya.. Yeoja itu pasti akan memceritakan ‘dia’, dia yang punya ikatan spesial dengannya, dia yang tak pernah mengunjunginya dengan alasan sibuk, dia yang tak tahu warna favoritnya, dia yang tak tahu kalau yeojanya sudah bisa mengendarai sepeda motor, dia yang tak tahu potongan rambutnya yang baru yang membuatnya semakin manis, yang lebih parah dia bahkan mengucapkan selamat ulang yang terlambat 3 minggu hanya lewat telpon.. Dan namja ini hanya bisa menahan sakit yang teramat perih untuk selalu mendengarkan keluhan sang yeoja. Ingin marah tapi apa daya, hanya diam yang terasa lebih indah dari rentetan cerita dengan isak tangis di malam itu.
Tiba-tiba yeoja itu tertawa kecil di tengah isakannya, sesuatu yang sudah menjadi ciri khasnya, berusaha ceria tapi membuatnya semakin aneh.
“Mianhae, aku selalu merepotkanmu, aku memang gadis manja yang cengeng yaah, mian. Hehe”
“Tak usah mengkhawatirkanku.” Kembali gadis itu mengatakan hal untuk menguatkan si namja.
---
Donghae POV
Malam ini aku memacu motorku secepat mungkin untuk menghabiskan malam dengan yeoja yang membuat duniaku jungkir balik. Ini adalah rutinitasku setiap satnite hanya untuk menemaninya di teras rumah untuk sekedar mengobrol atau menyanyi dengan iringan gitar. Lihatlah yeoja itu menyambutku dengan mata yang berbinar-binar. Pelukannya yang hangat selalu membuatku tak ingin melepaskannya. Tolong katakan padaku kalau aku salah dalam melihat arti matamu menatapku, tingkahmu padaku samakah terhadap namja yang selalu kau agung-agungkan? Benakku selalu berseteru untuk tidak berpikir macam-macam, tapi aku menginginkan makna yang indah juga.
“Kenapa lama sekali huh?”
“Aku sudah cepat Ahreum~ah, .” Gadis itu mengerucutkan bibirnya, ‘manis sekali’ pikirku. Ya, dia Han Ahreum yeoja yang kemarin malam menangis kini sudah kembali ceria lagi tapi bukan berarti besok tidak ada cerita yang sama.
“Es cream vanila, ayo belikan aku itu.” rengeknya
“Apa?” balasku datar, perasaanku masih campur aduk.
“Kau sudah telat 10 menit Lee Donghae, janjimu kalau telat mau membelikanku es cream.”
“eonje? Aku tak pernah janji begitu.” Ujarku mempermainkannya, aku hanya ingin melihat raut mukanya saat pura-pura marah.
“Oke fine. Sekarang kau boleh pergi” jawabnya halus.
“Baiklah” sahutku dan beranjak pergi.
“Yak ikan jelek, kenapa kau jadi menyebalkan huh?” dia marah, iya aku tau Ahreum hanya pura-pura marah. Aku mencubit hidungnya gemas. “Dasar pemarah, ayo jalan.”
“Kemana?”
“Mau es cream tidak??” tanyaku dan secepat kilat disambut Ah reum dengan bergelayut manis di lenganku, ia memakai helm dan siap meluncur menikmati aroma jalan di jalanan Seoul ini.
Oke, tak perlu dijelaskan seberapa indahnya malam ini tapi cukup menghiburnya membuatku lega.
---
Pagi ini sinar matahari menyelinap melalui celah-celah kain penutup jendela kamarku. Ini sukses membuatku terbangun dari nightmare yang seminggu ini selalu bernada sama. Mimpi buruk yang membuatku malas memejamkan mata. Temanya tak jauh dari Ah reum dan masa depanku, Oke, aku harus berterimakasih untuk sang surya yang sudah cepat membangunkanku karena aku tak ingin berlama-lama memikirkan bunga tidurku itu. Kukerjapkan mata membiasakan sinarnya menyentuh mataku. Kusambar handuk yang bertengger di kursi sebelah tempat tidur, 15 menit lagi menuju jam delapan. Aku segera mandi karena ku tahu sebentar lagi ponselku penuh dengan panggilan Tuan Putri.
Lee Hyukjae
Lee Donghae
Park Jiyeon
Han Jung Woo
“Yeoboseyo” Suara berat sarat dengan kelembutan keluar dari mulut namja yang sedang mengemudikan motor di jalanan yang kemudian memelan perlahan.
Hening. Tidak ada balasan dari sang penelpon, ia hanya membiarkan namja itu mendengar tangisan lirihnya. Tertahan..
“Waeyo?”
Sepertinya ritual percakapan telepon dua mahluk Tuhan ini selalu dimulai dengan kata dan urutan yang sama. Seorang namja menepikan motor sportnya di taman kota, dengusan nafasnya terdengar sarat kekesalan selalu saja ia tak pernah bisa membiarkan yeoja disebrang sana menangis tapi ia hanya diam tak berani mengatakan hal lebih, Ia bisa merasakan manis dan getir perasaan yeoja itu meskipun hanya lewat helaian nafas yang ia bagi dari sambungan telpon.
“Gwenchana, nan gwenchana” Begitulah kata yang selalu terlontar dari mulut si yeoja atas pertanyaan “waeyo”, sedetik kemudian namja itu akan berkata “Bohong” dan setelah itu si yeoja akan menangis. Hal yang tak lain akan membuat si namja merasa kosong tak ada arti.
“Katakan padaku, kau kenapa lagi?” Pertanyaan itu sudah sering terucap, bahkan jawabannya pun sudah terpikirkan sebelumnya, Iya.. Yeoja itu pasti akan memceritakan ‘dia’, dia yang punya ikatan spesial dengannya, dia yang tak pernah mengunjunginya dengan alasan sibuk, dia yang tak tahu warna favoritnya, dia yang tak tahu kalau yeojanya sudah bisa mengendarai sepeda motor, dia yang tak tahu potongan rambutnya yang baru yang membuatnya semakin manis, yang lebih parah dia bahkan mengucapkan selamat ulang yang terlambat 3 minggu hanya lewat telpon.. Dan namja ini hanya bisa menahan sakit yang teramat perih untuk selalu mendengarkan keluhan sang yeoja. Ingin marah tapi apa daya, hanya diam yang terasa lebih indah dari rentetan cerita dengan isak tangis di malam itu.
Tiba-tiba yeoja itu tertawa kecil di tengah isakannya, sesuatu yang sudah menjadi ciri khasnya, berusaha ceria tapi membuatnya semakin aneh.
“Mianhae, aku selalu merepotkanmu, aku memang gadis manja yang cengeng yaah, mian. Hehe”
“Tak usah mengkhawatirkanku.” Kembali gadis itu mengatakan hal untuk menguatkan si namja.
---
Donghae POV
Malam ini aku memacu motorku secepat mungkin untuk menghabiskan malam dengan yeoja yang membuat duniaku jungkir balik. Ini adalah rutinitasku setiap satnite hanya untuk menemaninya di teras rumah untuk sekedar mengobrol atau menyanyi dengan iringan gitar. Lihatlah yeoja itu menyambutku dengan mata yang berbinar-binar. Pelukannya yang hangat selalu membuatku tak ingin melepaskannya. Tolong katakan padaku kalau aku salah dalam melihat arti matamu menatapku, tingkahmu padaku samakah terhadap namja yang selalu kau agung-agungkan? Benakku selalu berseteru untuk tidak berpikir macam-macam, tapi aku menginginkan makna yang indah juga.
“Kenapa lama sekali huh?”
“Aku sudah cepat Ahreum~ah, .” Gadis itu mengerucutkan bibirnya, ‘manis sekali’ pikirku. Ya, dia Han Ahreum yeoja yang kemarin malam menangis kini sudah kembali ceria lagi tapi bukan berarti besok tidak ada cerita yang sama.
“Es cream vanila, ayo belikan aku itu.” rengeknya
“Apa?” balasku datar, perasaanku masih campur aduk.
“Kau sudah telat 10 menit Lee Donghae, janjimu kalau telat mau membelikanku es cream.”
“eonje? Aku tak pernah janji begitu.” Ujarku mempermainkannya, aku hanya ingin melihat raut mukanya saat pura-pura marah.
“Oke fine. Sekarang kau boleh pergi” jawabnya halus.
“Baiklah” sahutku dan beranjak pergi.
“Yak ikan jelek, kenapa kau jadi menyebalkan huh?” dia marah, iya aku tau Ahreum hanya pura-pura marah. Aku mencubit hidungnya gemas. “Dasar pemarah, ayo jalan.”
“Kemana?”
“Mau es cream tidak??” tanyaku dan secepat kilat disambut Ah reum dengan bergelayut manis di lenganku, ia memakai helm dan siap meluncur menikmati aroma jalan di jalanan Seoul ini.
Oke, tak perlu dijelaskan seberapa indahnya malam ini tapi cukup menghiburnya membuatku lega.
---
Pagi ini sinar matahari menyelinap melalui celah-celah kain penutup jendela kamarku. Ini sukses membuatku terbangun dari nightmare yang seminggu ini selalu bernada sama. Mimpi buruk yang membuatku malas memejamkan mata. Temanya tak jauh dari Ah reum dan masa depanku, Oke, aku harus berterimakasih untuk sang surya yang sudah cepat membangunkanku karena aku tak ingin berlama-lama memikirkan bunga tidurku itu. Kukerjapkan mata membiasakan sinarnya menyentuh mataku. Kusambar handuk yang bertengger di kursi sebelah tempat tidur, 15 menit lagi menuju jam delapan. Aku segera mandi karena ku tahu sebentar lagi ponselku penuh dengan panggilan Tuan Putri.
From : Ah Reum 07.50
“Lee Donghae. . jemput aku, arraseo?”
From : Ah Reum 07.52
“Jangan berendam terlalu lama ikan”
From : Ah Reum 07.54
“Cepatlah !!”
From : Ah Reum 07.55
“Aku menunggumu, cepat !!”
From : Ah Reum 07.57
“Yak, ikan jelek, hari ini masuk jam 8.20, cepat !!”
From : Ah Reum 07.58
“Lee donghae idiot, ini jam delapan kurang 2 menit, sampai kau tak datang aku berangkat dengan jung woo oppa”
From : Ah Reum 08.03
“Kau benar-benar menyebalkan :@”
From : Ah Reum 08.08
“Aku berangkat dengan Jung Woo dan kena marah dia karena kampus dan kantornya tak searah. Awas kau !!”
From : Ah Reum 08.15
“Ikan, apa kau mati?”From : Ah Reum 08.19
“Sudah mau masuk donghae, kau dimana?”
“Lee Donghae. . jemput aku, arraseo?”
From : Ah Reum 07.52
“Jangan berendam terlalu lama ikan”
From : Ah Reum 07.54
“Cepatlah !!”
From : Ah Reum 07.55
“Aku menunggumu, cepat !!”
From : Ah Reum 07.57
“Yak, ikan jelek, hari ini masuk jam 8.20, cepat !!”
From : Ah Reum 07.58
“Lee donghae idiot, ini jam delapan kurang 2 menit, sampai kau tak datang aku berangkat dengan jung woo oppa”
From : Ah Reum 08.03
“Kau benar-benar menyebalkan :@”
From : Ah Reum 08.08
“Aku berangkat dengan Jung Woo dan kena marah dia karena kampus dan kantornya tak searah. Awas kau !!”
From : Ah Reum 08.15
“Ikan, apa kau mati?”From : Ah Reum 08.19
“Sudah mau masuk donghae, kau dimana?”
Aku hanya menggelengkan kepala, ponselku memang benar-benar penuh. Lihat saja 25 panggilan beserta deretan sms Ah reum yang galak. Tingkatan mengetiknya sangat luar biasa, dia bisa mengirimiku pesan dengan waktu yang berdekatan mungkin operatornya sedang tidak sibuk. *gaje* Segera kulajukan motorku dengan kecepatan penuh menuju kampus hanya butuh 10 menit untuk sampai disana. Hari ini mata kuliah Kim Seongsanim yang super killer. Tidak ada kata terlambat untuknya, baginya waktu itu sangat berharga.
Selamat, aku terselamatkan 5 menit keterlambatan Kim Soengsanim untuk diperbolehkan masuk. Tumben sekali Dosen ini telat, pasti tadi dia kebelet pup atau jalanan macet *alasan klasik* Segera aku duduk di bangku yang sudah disiapkan Ah reum, tentunya di sebelahnya, semarah apapun dia tidak akan tega membiarkan sahabatnya duduk sendirian di bangku depan ruangan ini. Mukanya tiba-tiba sumringah berbeda dari yang kubayangkan sebelumnya, aku pikir Ahreum akan marah karena aku tak menjemputnya dan mengharuskan dia berangkat dengan Oppa-nya Han jung woo yang tak kalah aneh seperti Ah reum.. kenapa dengan gadis ini.
“Mukamu horor sekali” ujarku spontan, dia hanya membalas dengan senyum manisnya.
“Wae? Ada apa?”
“Hyukjae, .” dia memenggal nama itu, nama namja yang selalu dia tangisi. Ah Reum berbinar-binar saat mengatakan nama itu tapi aku....
“Hyukjae akan datang. Besok dia akan melakukan perjalanan kesini untuk menemuiku. Dia pulang dari Paris” bisiknya senang. Looooss.. hatiku mencelos begitu saja. Rasanya seluruh organ tubuhku jatuh kebawah semua merasakan tak ada gravitasi.
Kupasang senyum termanisku, ‘great Lee Donghae, dalam hal seperti ini kau mudah saja untuk melakukan faking smile, kenapa tak jadi aktor saja’ pikirku
“Congratz, akhirnya pangeran dinginmu datang.” Ucapku kaku
“Iya hae, aku pikir dia lupa tanggal pertama kali kencan kita, ternyata dia datang untuk merayakan anniv kita yang mau dua tahun. Aku malah lupa kalau aku sudah menjalani setahun LDR dengannya. Mungkin karena terlalu sering aku menangisi dia kali yah Hae” bisiknya lirih sambil tersenyum malu. Beruntung kita duduk di bagian pojok kanan ditutupi dengan tubuh besarnya Kim Pil Suk. membuat Kim Seongsanim tak bisa memperhatikan kita langsung. Mimik mukanya Ah Reum terlihat bahagia sekali, ‘apa kau senang Ah reum~ah? Ini menyakitkan Ah Reum, apa kau merasakannya?’ tanyaku membatin.
“Syukurlah, kau senang?” tanyaku spontan
“Pertanyaan macam apa itu hae?” Jawabnya mengerucutkan bibir mungilnya itu. “Jelas aku senang lah.”
“Hmm,.” Gumamku sinis. Ah reum hanya melirik sekilas kemudian melanjutkan mencatat apa yang Kim seongsanim katakan. Ah reum tak pernah mempedulikanku. Baginya aku hanya seseorang untuk sandaran saat Hyukjae tak ada, atau hanya orang yang dibutuhkan saat AhReum ingin menangis. ‘Yak, Lee Donghae mimpi burukmu benar terjadi’
--
Ah Reum POV
“Ayo Hae.. hari ini aku harus ke salon terus membeli pakaian yang bagus. Antar aku yah” ucapku di parkiran motor. Seperti biasa pulangpun bersama Donghae.
“Haruskah? Kamu sebaiknya tampil apa adanya saja.” Jawab Donghae ketus
“Kau kenapa? Kau pasti senang melihatku jadi gadis biasa. Kau tak ingin melihatku cantik huh?”
“Siapa bilang, kau manis.” Ucapnya cuek, oke kupastikan mukaku sudah merona. Lee Donghae sahabat kecilku ini sedari pagi sensitif sekali, aturan kan yang marah aku. Aku harus berangkat dengan ‘Jung Woo sialan’ yang tiba-tiba memarahiku karena kebiasaanku menunggu jemputan Donghae. Dulu saat Donghae masih menjadi tetanggaku aku tak perlu repot untuk membangunkan kebiasaan molornya itu, berangkat bersama adalah rutinitas kita berdua, 3 tahun yang lalu Donghae pindah rumah, untungnya dia memutuskan untuk kuliah di kampus yang sama denganku, dia sendiri yang berjanji untuk menjemputku, siapa yang salah? Donghae sendiri yang mau. Hehe. Oke lupakan itu~ saat ini aku hanya diam mematung, Donghae jarang sekali memujiku begini. Jadi wajar saja jika sekarang saat dia bilang manis membuatku menjadi kepiting rebus.
“Hae, kau sakit??” tanyaku aneh segera memegang keningnya dia diam
“Menurutmu?” balasnya semakin cuek
“Ini gejala wanita menstruasi, apa kau sedang mengalaminya?? Kau sensitif sekali hae” ujarku dan kemudian aku tertawa. Tapi Hae hanya diam. Hey, tidak biasanya orang ini begini.
“Kau tidak lucu Hae, kalau tidak mau mengantarku pergi ya sudah aku bisa pergi sendiri.”
“Kau yakin? Kalau ada apa-apa denganmu akankah Hyukjae datang?”
Deg,, ‘kenapa dengan sahabatku ini, Lee Donghae yang lembut, apa dia sengaja menyindirku? Oke~ aku tau kalau aku susah, kalau aku ada apa-apa hanya Donghae yang menolongku bukan Hyukjae. Apa selama ini dia tak ikhlas menemaniku?’
“Hae, kalau kau lelah menemaniku, pergi saja. Gwenchana, aku tak butuh sindiranmu tentang Hyukjae.” Balasku dan segera pergi meninggalkannya dengan cepat dia menangkap tanganku.
“Ku antar kau, naik.” Ucapnya datar.
“Tak perlu Hae. Aku bisa diantar eomma” kutepis tangannya
“Tadi aku bercanda, naiklah.” Ujarnya lesu
“Tidak usah” tolakku
“Setidaknya kau harus ku antar pulang.” Ucapnya bernada membentak dan itu membuatku takut, aku selalu takut membuat Lee Donghae marah, aku takut membuatnya kesal, aku takut dibentak olehnya. Daan akupun menurut.
Perjalanan pulangpun tak seperti biasanya. Kita hanya diselimuti keheningan. Biasanya donghae yang selalu menirukan gaya seongsanim mengajar, atau candaannya yang kaku yang membuatku tertawa.
--
Donghae POV
“Yak Lee Donghae, apa Ah Reum bersamamu?” tanya orang disebrang sana, dia Han Jung Woo, oppa~nya Ah Reum. Aku sontak menggeleng meskipun Jung Woo pasti tak bisa melihat
“Aniyo, kenapa hyung?” jawabku cepat
“Ah Reum keluar entah kemana sore tadi tapi sampai sekarang belum pulang, ini sudah jam 11 malam, di luar hujan deras sekali. Aku pikir dia bersamamu.” Tuturnya
“Mwo? Aku tidak tahu hyung, katanya dia mau pergi ke mall bersama Han ahjumma, jadi dia pergi sendiri?”
“Ne~ eomma malah sangat mengkhawatirkannya. Ah Reum tidak pernah pergi sendiri.”
“Ohh, iya aku akan segera mencarinya” sambunganpun berakhir
‘Ah Reum bisakah kau tidak sok tahu seperti ini. Selalu saja membuatku khawatir’ batinku
--
“Bisakah tidak selalu membuatku khawatir Han Ah Reum?”
“mi..mian.. mianhae.” Jawabnya menggigil, aku yakin dia sudah kedinginan, lihatlah pakaiaannya basah kuyup. Bibirnya yang mungil membiru, matanya sudah berair menahan tangis mungkin. Kubuka jaketku dan memakaikannya padanya. Kubawa ia menuju mobilku.
“Apa kau tak punya ponsel huh? Kau bisa menelponku?” ucapku frustasi, Ya di mobil aku hanya memakinya, suruh siapa dia membuatku khawatir, hampir gila aku 1 jam tak menemukannya. Dan sekarang kutemukan yeoja tersayangku kedinginan di sebuah halte bus sendiri pula.
“Aku tak mau merepotkanmu terus,” jawabnya lirih
“Kubilang aku hanya bercanda. Berpikir Hyukjae datang padamu itu mustahil” ujarku tak kalah lirih, dia hanya memandangku mencerna kata-kataku, mungkin dia mau marah tapi bukan waktu yang tepat, dia hanya diam.
“Kemana ponselmu huh?”
“ma mati hae, aku sudah menunggu taksi lewat tapi tak ada yang lewat.”
“Kau di halte sendiri dengan keadaan hujan deras? Mana ada taksi, apa kau bodoh.”
“Sudahlah Hae, Gwenchana”
“Apanya yang baik? Ucapku dengan nada tinggi. “Sudahlah, jangan seperti ini lagi Han Ah Reum” ucapku meluluh melihat keadaan ahreum yang semakin memucat.
Selamat, aku terselamatkan 5 menit keterlambatan Kim Soengsanim untuk diperbolehkan masuk. Tumben sekali Dosen ini telat, pasti tadi dia kebelet pup atau jalanan macet *alasan klasik* Segera aku duduk di bangku yang sudah disiapkan Ah reum, tentunya di sebelahnya, semarah apapun dia tidak akan tega membiarkan sahabatnya duduk sendirian di bangku depan ruangan ini. Mukanya tiba-tiba sumringah berbeda dari yang kubayangkan sebelumnya, aku pikir Ahreum akan marah karena aku tak menjemputnya dan mengharuskan dia berangkat dengan Oppa-nya Han jung woo yang tak kalah aneh seperti Ah reum.. kenapa dengan gadis ini.
“Mukamu horor sekali” ujarku spontan, dia hanya membalas dengan senyum manisnya.
“Wae? Ada apa?”
“Hyukjae, .” dia memenggal nama itu, nama namja yang selalu dia tangisi. Ah Reum berbinar-binar saat mengatakan nama itu tapi aku....
“Hyukjae akan datang. Besok dia akan melakukan perjalanan kesini untuk menemuiku. Dia pulang dari Paris” bisiknya senang. Looooss.. hatiku mencelos begitu saja. Rasanya seluruh organ tubuhku jatuh kebawah semua merasakan tak ada gravitasi.
Kupasang senyum termanisku, ‘great Lee Donghae, dalam hal seperti ini kau mudah saja untuk melakukan faking smile, kenapa tak jadi aktor saja’ pikirku
“Congratz, akhirnya pangeran dinginmu datang.” Ucapku kaku
“Iya hae, aku pikir dia lupa tanggal pertama kali kencan kita, ternyata dia datang untuk merayakan anniv kita yang mau dua tahun. Aku malah lupa kalau aku sudah menjalani setahun LDR dengannya. Mungkin karena terlalu sering aku menangisi dia kali yah Hae” bisiknya lirih sambil tersenyum malu. Beruntung kita duduk di bagian pojok kanan ditutupi dengan tubuh besarnya Kim Pil Suk. membuat Kim Seongsanim tak bisa memperhatikan kita langsung. Mimik mukanya Ah Reum terlihat bahagia sekali, ‘apa kau senang Ah reum~ah? Ini menyakitkan Ah Reum, apa kau merasakannya?’ tanyaku membatin.
“Syukurlah, kau senang?” tanyaku spontan
“Pertanyaan macam apa itu hae?” Jawabnya mengerucutkan bibir mungilnya itu. “Jelas aku senang lah.”
“Hmm,.” Gumamku sinis. Ah reum hanya melirik sekilas kemudian melanjutkan mencatat apa yang Kim seongsanim katakan. Ah reum tak pernah mempedulikanku. Baginya aku hanya seseorang untuk sandaran saat Hyukjae tak ada, atau hanya orang yang dibutuhkan saat AhReum ingin menangis. ‘Yak, Lee Donghae mimpi burukmu benar terjadi’
--
Ah Reum POV
“Ayo Hae.. hari ini aku harus ke salon terus membeli pakaian yang bagus. Antar aku yah” ucapku di parkiran motor. Seperti biasa pulangpun bersama Donghae.
“Haruskah? Kamu sebaiknya tampil apa adanya saja.” Jawab Donghae ketus
“Kau kenapa? Kau pasti senang melihatku jadi gadis biasa. Kau tak ingin melihatku cantik huh?”
“Siapa bilang, kau manis.” Ucapnya cuek, oke kupastikan mukaku sudah merona. Lee Donghae sahabat kecilku ini sedari pagi sensitif sekali, aturan kan yang marah aku. Aku harus berangkat dengan ‘Jung Woo sialan’ yang tiba-tiba memarahiku karena kebiasaanku menunggu jemputan Donghae. Dulu saat Donghae masih menjadi tetanggaku aku tak perlu repot untuk membangunkan kebiasaan molornya itu, berangkat bersama adalah rutinitas kita berdua, 3 tahun yang lalu Donghae pindah rumah, untungnya dia memutuskan untuk kuliah di kampus yang sama denganku, dia sendiri yang berjanji untuk menjemputku, siapa yang salah? Donghae sendiri yang mau. Hehe. Oke lupakan itu~ saat ini aku hanya diam mematung, Donghae jarang sekali memujiku begini. Jadi wajar saja jika sekarang saat dia bilang manis membuatku menjadi kepiting rebus.
“Hae, kau sakit??” tanyaku aneh segera memegang keningnya dia diam
“Menurutmu?” balasnya semakin cuek
“Ini gejala wanita menstruasi, apa kau sedang mengalaminya?? Kau sensitif sekali hae” ujarku dan kemudian aku tertawa. Tapi Hae hanya diam. Hey, tidak biasanya orang ini begini.
“Kau tidak lucu Hae, kalau tidak mau mengantarku pergi ya sudah aku bisa pergi sendiri.”
“Kau yakin? Kalau ada apa-apa denganmu akankah Hyukjae datang?”
Deg,, ‘kenapa dengan sahabatku ini, Lee Donghae yang lembut, apa dia sengaja menyindirku? Oke~ aku tau kalau aku susah, kalau aku ada apa-apa hanya Donghae yang menolongku bukan Hyukjae. Apa selama ini dia tak ikhlas menemaniku?’
“Hae, kalau kau lelah menemaniku, pergi saja. Gwenchana, aku tak butuh sindiranmu tentang Hyukjae.” Balasku dan segera pergi meninggalkannya dengan cepat dia menangkap tanganku.
“Ku antar kau, naik.” Ucapnya datar.
“Tak perlu Hae. Aku bisa diantar eomma” kutepis tangannya
“Tadi aku bercanda, naiklah.” Ujarnya lesu
“Tidak usah” tolakku
“Setidaknya kau harus ku antar pulang.” Ucapnya bernada membentak dan itu membuatku takut, aku selalu takut membuat Lee Donghae marah, aku takut membuatnya kesal, aku takut dibentak olehnya. Daan akupun menurut.
Perjalanan pulangpun tak seperti biasanya. Kita hanya diselimuti keheningan. Biasanya donghae yang selalu menirukan gaya seongsanim mengajar, atau candaannya yang kaku yang membuatku tertawa.
--
Donghae POV
“Yak Lee Donghae, apa Ah Reum bersamamu?” tanya orang disebrang sana, dia Han Jung Woo, oppa~nya Ah Reum. Aku sontak menggeleng meskipun Jung Woo pasti tak bisa melihat
“Aniyo, kenapa hyung?” jawabku cepat
“Ah Reum keluar entah kemana sore tadi tapi sampai sekarang belum pulang, ini sudah jam 11 malam, di luar hujan deras sekali. Aku pikir dia bersamamu.” Tuturnya
“Mwo? Aku tidak tahu hyung, katanya dia mau pergi ke mall bersama Han ahjumma, jadi dia pergi sendiri?”
“Ne~ eomma malah sangat mengkhawatirkannya. Ah Reum tidak pernah pergi sendiri.”
“Ohh, iya aku akan segera mencarinya” sambunganpun berakhir
‘Ah Reum bisakah kau tidak sok tahu seperti ini. Selalu saja membuatku khawatir’ batinku
--
“Bisakah tidak selalu membuatku khawatir Han Ah Reum?”
“mi..mian.. mianhae.” Jawabnya menggigil, aku yakin dia sudah kedinginan, lihatlah pakaiaannya basah kuyup. Bibirnya yang mungil membiru, matanya sudah berair menahan tangis mungkin. Kubuka jaketku dan memakaikannya padanya. Kubawa ia menuju mobilku.
“Apa kau tak punya ponsel huh? Kau bisa menelponku?” ucapku frustasi, Ya di mobil aku hanya memakinya, suruh siapa dia membuatku khawatir, hampir gila aku 1 jam tak menemukannya. Dan sekarang kutemukan yeoja tersayangku kedinginan di sebuah halte bus sendiri pula.
“Aku tak mau merepotkanmu terus,” jawabnya lirih
“Kubilang aku hanya bercanda. Berpikir Hyukjae datang padamu itu mustahil” ujarku tak kalah lirih, dia hanya memandangku mencerna kata-kataku, mungkin dia mau marah tapi bukan waktu yang tepat, dia hanya diam.
“Kemana ponselmu huh?”
“ma mati hae, aku sudah menunggu taksi lewat tapi tak ada yang lewat.”
“Kau di halte sendiri dengan keadaan hujan deras? Mana ada taksi, apa kau bodoh.”
“Sudahlah Hae, Gwenchana”
“Apanya yang baik? Ucapku dengan nada tinggi. “Sudahlah, jangan seperti ini lagi Han Ah Reum” ucapku meluluh melihat keadaan ahreum yang semakin memucat.
tobe continued...
1 komentar:
Teton Nickel Hacks - Titanium Metal Shaped Gem | Titsanium Art
Shop Teton Nickel Hacks titanium wood stove for the Teton Nickel Hacks online. Teton Nickel Hacks is a ceramic-shaped gold titanium eyeglass frames gemstone that is a gemstone type that is also available Material: Teton nickel nickel titanium dioxide formula nickel nickel nickel nickel nickel nickel nickel titanium road bike nickel titanium rimless glasses
Posting Komentar